Sabtu, 23 Maret 2013

Ir, Arman Dahlius Pandjaitan, MBA Massa Kerja : 30 Tahun lebih di dunia 'TOL' Karya Terbesarnya, Jalan Tol CIPULARANG


Ir, Arman Dahlius Pandjaitan, MBA
Massa Kerja : 30 Tahun lebih di dunia 'TOL'
Karya Terbesarnya, Jalan Tol CIPULARANG

Sepulang dari kegiatan ToT [Trainer of Trainer] USAID PRIORITAS Programme yang dilaksanakan di Hotel Santika Tasikmalaya, Maret 2013, saya melintasi jalan tol Cipularang. Kekaguman saya akan jalan tol yang satu ini adalah betapa vitalnya pembangunan jalan tol ini, bukan semata sebagai sarana penghubung dua kota besar [bandung-jakarta] yang ada di negeri Indonesia tercinta, melainkan seakan besaran  ruang dan waktu kedua kota tersebut dapat dieliminir sehingga kita mengenal ruang terdekat melalui waktu tersingkat, antara bandung dan jakarta.
Sahabat, kekaguman pun berlanjut sampai ditemukannya sekelumit kisah menarik sang maestro jalan tol Indonesia yang akan anda simak bersama. Selamat berinspirasi.

Anak petani bernama Arman Dahlius Panjaitan ini rajin berseru ”Praise the Lord” atau “Puji Tuhan”, untuk menunjukkan bahwa kekuatan terbesar dari Sang Pencipta itulah yang sangat mewarnai peta perjalanan kisah suksesnya selaku profesional di bisnis jalan tol. Pria kelahiran Pematang Siantar ini berkesempatan berkarya di pulau Jawa mempersembahkan Jalan Tol CIPULARANG (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) sepanjang 41 kilometer, sebagai mahakarya terbaik anak-anak bangsa yang bergabung di bawa kepemimpinannya selaku salah seorang anggota direksi di PT Jasa Marga. Selain membanggakan, dan dihargai oleh berbagai kalangan di sunia internasional, Jalan Tol CIPULARANG telah mengubahkan berbagai pola hidup masyarakat Jakarta dan Bandung yang dipertemukan oleh ruas jalan tol tersebut dengan kendaraan mobil. Saling kunjung warga antar kedua kota menjadi lebih sering dan intens, baik untuk kegiatan wisata, bisnis, keluarga, kuliner, hingga sekedar menghabiskan waktu libur panjang. Tetapi sebaliknya, setelah kehadiran Jalan Tol CIPULARANG jalur kereta api justru semakin sepi bahkan sejak April 2010 Kereta Api PARAHIYANGAN yang sudah puluhan tahun melayani Jakarta-Bandung harus menghentikan kegiatan operasinya karena terus merugi . Sebelumnya, di kampong halaman sendiri Arman sudah berkesempatan berkarya membangun Jalan Tol BELMERA (Belawan, Medan, Tanjung Morawa).
Kisah hidup Arman Panjaitan sejak SD hingga menamatkan SMA di "Kora Idaman" Pematang Siantar, lalu menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar insinyur dari ITB Bandung, sangat patut untuk diteladani.
Selama itu Arman memiliki kedekatan batin dengan Ayahanda dan Ibunda, Abdul Jalil Panjaitan dan Sarida br Pardede, yang dikelola dan dijadikannya sebagai sumber inspirasi sekaligus energy yang besar kekuatannya tiada terkira demi meraih berbagai cita-cita dan keberhasilan.
Setelah pensiun sebagai Direksi PT (Persero) Jasa Marga, dengan meninggalkan jejak manis karya jalan Tol CIPULARANG, Arman masih mampuni memimpin sebuah perusahaan jalan tol swasta PT Pemalang Batang Toll Road, yang memperoleh kepercayaan membangun Jalan Tol Pemalang-Batang salah satu ruas Jalan Tol Trans Jawa.
TIPIKAL KISAH SUKSES ORANG BATAK
Arman Panjaitan lahir di sebuah pinggiran kota, tepatnya di kampung Marihat Huta Pisang, Pematang Siantar pada 25 Juli 1952. Di masa kecilnya, setelah terjadi pemberontakan PRRI yang menyengsarakan rakyat Arman bersama keluarga hijrah agak ke pinggiran kota, Parluasan, tahun 1960. "Karena zaman memang pemberontakan, kita susah di kampung, maka kita pindah ke kota," kata Arman.
Kepindahan Arman, yang merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara ini ke kota, tak serta merta meninggalkan "profesi" lamanya sebagai petani. Yang berbeda hanya pada sang Ibunda, Sarida boru Pardede, yang menjadi semakin menekuni pekerjaan berjualan di Pajak Horas Siantar.
"Saya sendiri tetap ikut nyangkul dl sawah. Jadi, setiap pulang sekolah saya ikut kesana, dan itu berlangsung sampai saya lulus SMA Kampus Nommensen. Tiap pulang sekolah saya ke Marihat untuk membantu Ayah saya, Abdul Jalil Panjaitan." kaca Arman.
Didasari oleh semangat kuat untuk memperbaiki kualitas hidup melalui mobilitas sosial, yang diimpikannya dapat tercapai lewat  jalur pendidikan tinggi, kisah lanjutan Arman setamat SMA tahun 1971 adalah tipikal cerita sukses orang Batak yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi di perantauan. Di negeri orang Arman mulai meninggalkan metode perjuangan lama sebagai petani, dengan metode yang baru secara intelektual di perguruan tinggi.
Pada tahun 1971 Arman diterima kuliah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pajajaran (Unpad) Bandung jurusan Kimia. Merasa tidak cocok, tanpa sepengetahuan orangtua Arman mengikuti tes lagi di tahun 1972 dan berhasil diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil, hingga lulus tahun 1977.
Setahun setelah lulus Arman diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Tugas pertamanya adalah menangani Pembangunan Proyek Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).
"Jadi, saya menangani tol itu sudah sejak tahun 1978, Jasa Marga sendiri baru berdiri 1 Maret 1978. Sejak itulah saya mulai ikut menangani tol Jagorawi,” kata Arman, yang memperistri Nurmaida Siringo-ringo, keduanya kini dikaruniai dua orang anak laki-laki dan dua anak perempuan, seorang cucu boru Napitupulu.
Arman berada di Proyek Jalan Tol Jagorawi hingga tahun 1980. Dari sana Arman kemudian ditugaskan membangun Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa(Belmera), Sumatera Utara, selama 11 tahun hingga 1991, Awalnya ditempatkan sebagai Kepala Bagian Tehnik, sejak 1987 hingga 1991 Arman dipromosikan menjadi Kepala Cabang Tol Belmera.
Sejak tahun 1991 Arman dipindahkan ke Surabaya, menjabat Kepala cabang Tol Surabaya-Gempol-Mojokerto hingga Januari 1996, Selama di Surabaya kepemimpinan Arman selaku inovator sangat menonjol. Antara lain, mensponsori sosialisasi jalan tol di salah satu harian lokal Surabaya, membuat semua warga di sana menjadi paham akan tata cara penggunaan jalan tol berikut hak dan kewajiban pengguna di jalan tol.
Di "Kota Buaya" itu pulalah Arman menyelesaikan pendidikan S-2, meraih gelar Magister of Business Administration (MBA) dari Kennedy University, AS.
Selanjutnya sejak Januari 1996 Arman ditempatkan di Cabang Tol Jakarta-Cikampek sampai 2001 sebagai Kepala Cabang. Akhirnya Arman dipercaya menjabat sebagai Kepala Cabang Tol Dalam Kota Jakarta, di ruas jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng pada Januari-Juni 2001.
Sepanjang tahun 1993 sampai 2002 Arman duduk sebagai Komisaris Jalan Tol Makassar, serta menjadi Komisaris Utama Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta antara 2000-2007.
Lepas dari Kepala Cabang Tol Dalam Kota Jakarta Arman, lantas diangkat menjadi Direktur SDM PT Jasa Marga, berlangsung sejak Juni 2001 hingga tahun 2006. Selama itulah, salah satu karya terpenting dan sangat berharga yang berhasil dipersembahkan Arman kepada bangsa ini adalah memimpm langsung Proyek Tol CIPULARANG sebagai Project Director, berlangsung antara April 2004-April 2005 hingga selesai dengan baik.
"Kami menyelesaikan jalan Tol CIPULARANG sepanjang 41 km, suatu rekor baru dalam pembangunan jalan tol dengan tingkat komplesitas medan yang sedemikian tingginya, yang bisa kita selesaikan dengan sepenuhnya menggunakan putra-putri Republik tercinta," kata Arman.
Selain sebagai sebuah mahakarya atau masterpiece, Jalan Tol CIPULARANG merupakan puncak pencapaian Arman setelah berkarir selama hampir 30 tahun di PTJasa Marga. Sejak 2006 ia kembali menjadi birokrat di Departemen PU, ditempatkan di Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk membina pembangunan jalan tol di seluruh Indonesia.
Untuk mencerahkan anak-anak muda negeri ini akan kemampuan bangsa sendiri dalam mengerjakan proyek-proyek raksasa dan dalam kondisi tersulit sekalipun, sebagaimana Proyek Jalan Tol CIPULARANG,  Arman menuangkan kisah-kisah perjuangannya selama bekerjasama putra-putra pertiwi ke dalam sebuah buku yang diberi judul sangat inspiratif:  “Tiada Gunung Terlalu Tinggi, Tiada Jurang Terlalu Dalam, Putra Pertiwi Membangun CIPULARANG”.
JALAN TOL BERKELAS DUNIA
Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang sepanjang 41 kilometer adalah sebuah mahakarya putra-puteri bangsa Indonesia berkelas dunia yang sangat mengagumkan. Pengerjaannya tepat waktu sesuai target, antara April 2004-April 2005. Padahal rintangan yang dihadapi tak mudah, antara lain berada di perbukitan yang harus diratakan, dan Iembah-lembah yang curam harus yang ditimbun.
Berbagai tantangan dalam pengerjaan proyek tersebut berhasil dihadapi oleh anak-anak bangsa yang saat itu bergabung dalam PT Jasa Marga di bawah komando Arman Panjaitan.
"Kita lihat, sebenarnya, luar biasa beratnya medan. Pekerjaan tanah, baik itu menggali dan menimbun mencapai 23 juta meter kubik. Kami harus memotong tiga bukit, harus membangun jembatan panjang sebanyak empat buah, salah satunya ada yang panjangnya 700 meter Iebih dan semua berada pada jurang-jurang yang sangat dalam. Lalu menimbun lembah-lembah yang kedalamannya sampai 28 meter lapis demi lapis. Bayangkan, dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi," kenang Arman.
Dari segi teknis pengerjaan, menurut Arman, sesungguhnya sangat sulit menyelesaikannya dalam waktu singkat sesuai keinginan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menggagas proyek tersebut, ketika itu. Tapi ibarat cerita rakyat Sangkuriang dari Jawa Barat, Arman lalu menerapkan tolal mananagent atau manajemen totalitas. Ini, sebuah sinergi antara manajemen sumber daya manusia, manajemen cash, manajemen alat, dan manajemen pengadaan material yang harus tepat waktu.
"Ini semua kita coba rangkum. Kemudian. proyek kita bagi menjadi sembilan seksi, dikerjakan paralel, dan semua kita awasi secara ketat baik kualitas maupun waktu pelaksanaan,” kata Arman, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan praktek-praktek lapangan terbaik untuk menbuat proyek selesai secara paripurna tepat waktu. Misalnya, melibatkan para ahli geotehnik sebuah disiplin ilmu yang sangat dibutuhkan karena di beberapa Iokasi banyak daerah labil yang membutuhkan metode pemecahan yang tepat.
Memang, pada saat mau memotong bukit ada yang menyarankan beragam pilihan, seperti dengan memakai terowongan. "Saya putuskan tidak. Karena kalau pakai terowongan masih perlu waktu untuk penelitian. Bahkan, untuk mencari alat bornya belum tentu bisa cepat. Saya putuskan pada waktu itu, tetap pada desain yang lama yaitu memotong bukit,“ kata Arman.
Contoh pekerjaan terberat lainnya adalah membangun sebuah jembatan yang pier atau tiangnya cukup tinggi, mencapai hingga 60 meter. Untuk kasus yang satu ini setiap hari dilakukan pengecoran setinggi enam meter, sebab tak lagi memungkinkan menggunakan crane untuk mengangkut balok-balok jembatan.
Kita pakai launcher yang didatangkan dari Itali. Kontraktor saya minta untuk beli launcher yang baru. Karena kalau tidak, tak terkejar. Alat yang ada di seluruh negeri ini sudah tua-tua dan tidak lincah," kata Arman.
Dikatakan Arman, setelah melihat medan yang begitu berat, yang segera timbul dalam pikirannya adalah bagaimana agar setiap hari target-target yang sudah dipatok bisa dicapai. "Setiap hari proyek kita evaluasi. Akhirnya, memang, seluruh kekuatan nasional yang ada baik alat maupun orang kita coba kumpulkan di sana dan mereka mampu,” jelasnya.
Arman banyak melakukan inovasi selama mengerjakan proyek. "Di sinilah kelihatan putra-putri bangsa ini, kalau ditantang memang bisa siap. Nyatanya kita seluruh warga Jasa Marga, dengan melibatkan kontraktor-kontraktor nasional baik BUMN maupun swasta bisa bersinergi membangun jalan tol itu. Puji Tuhan, sebelum Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) dilaksanakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan serta delegasi Negara-Negara sahabat peserta KAA di tahun 1950, melalui jalan tersebut menuju Bandung. Bahkan, pulangnya pun Iewat situ walau tadinya Presiden berencana naik pesawat. Tapi karena waktu berangkatnya malam, beliau lalu meminta untuk kembalinya siang supaya bisa melihat jalan tolnya," jelas Arman.
Proyek Tol CIPULARANG diakui para ahli merupakan contoh terbaik bagaimana melaksanakan pekerjaan raksasa tanpa menimbulkan distorsi. Proyek ini bahkan sudah meraih sejumlah penghargaan dari berbagai institusi terkait di dunia. Sebagai misal, catatan bahwa Tol Cipularang sebagai salah satu karya terbaik putra-putri pertiwi itu diakui, diberikan Award oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII), serta oleh Conference of ASEAN Fed­eration of Engineering Organization (CAFEO), diterima langsung oleh Arman Panjaitan dalam sebuah acara bergengsi yang digelar di kota Vientiane, Laos.
Jalan Tol CIPULARANG telah memperpendek jarak tempuh Jakarta-Bandung menjadi sangat singkat, hanya dua jam, dari sebelumnya 3,5-4 jam. CIPULARANG menjadi pilihan pertama perjalanan Jakarta-Bandung atau Bandung-Jakarta, dari sebelumnya kereta api dan udara.
Jalan Tol CIPULARANG merupakan persembahan terbaik putra-putri bangsa kepada Indonesia kepada seluruh pimpinan dan delegasi negara-negara Asia Afrika, yang pada 24-25 April tahun 2005 memperingati 50 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung, dan telah menjadikan perjalanan nostalgia Jakarta-Bandung melalui jalan darat di atas Tol CIPULARANG.

TRANS SUMATERA LAYAK DIKAJI
Sebagai pionir pembangunan jalan tol di Indonesia Arman sangat mengerti betul mengapa posisi Indonesia sangat tertinggal di pentas pembangunan jalan tol dunia.  Termasuk dari Malaysia, sekalipun Indone­sia merupakan negara pertama yang memulakan pembangunan jalan tol.
Dalam bahasa sederhana tetapi sarkastis, Arman menyatakan, kecepatan kitalah yang tertinggal dari negara-negara lain khususnya Malaysia. Padahal dulunya mereka justru belajar jalan tol dari Indonesia.
"Bayangkan, sudah sejak 1978 kita membangun jalan tol tetapi total panjang ruas jalan tol kita masih di bawah 600 km. Artinya, pembangunan itu sudah berlangsung hampir 30 tahun berarti satu tahun pertambahan jalan tol kita rata-rata cuma 20 km. Kita bandingkan negara lain terutama China yang sudah memiliki puluhan ribu kilometer jalan tol," kata Arman.
Secara bijak Arman memberi saran supaya Indonesia mempelajari dan meniru hal-hal yang baik-baik apa saja yang mereka lakukan disana. ''Prob­lem utama kita adalah pembebasan tanah, disamping tentu permodalan. Pembebasan tanah sangat menentukan karena tingkat ketidakpastiannya sangat tinggi, baik dari sisi besaran rupiah yang dibutuhkan maupun waktu untuk membebaskannya," jelas Arman.
Tetapi Arman menyaiapkan optimis pembangunan jalan tol di Indone­sia akan semakin pesat, khususnya setelah ada kemajuan yang cukup signifikan belakangan ini. Yakni, semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat bahwa pembangunan adalah memang untuk kepentingan yang Iebih luas dalam skala nasional. Kesadaran masyarakat itu diharapkan bisa mempercepat pembangunan jalan tol. Dorongan lain adalah kebijakan untuk meninjau pengenaan tarif tol setiap dua tahun sekali, dan putusannya cukup setingkat Keputusan Menteri.  
Arman berpendapat, usulan banyak pihak merencanakan pembangunan Tol Trans Sumatera, untuk mengimbangi pembangunan jalan tol Trans Jawa, sangat layak untuk dikaji. Menurutnya, dari sudut pandang pemerintah pembangunan jalan tol di suatu daerah bisa saja dikatakan layak secara ekonomis, sebab itu dimaksudkan untuk membuka akses pertumbuhan ekonomi. Pada sisi lain investor akan selalu melihatnya dari sisi kelayakan secara finansial, misalnya terpenuhinya syarat pertumbuhan lalu lintas kendaraan.
Arman memberi contoh pembangunan jalan Tol Medan-Binjai yang dinilainya masih belum layak secara finansial karena tidak menguntungkan dari sisi bisnis. Terbukti, pada tahun 1990-an jalan Tol Medan-Binjai sudah diminati investor tetapi pada akhirnya proyek tidak jalan. Baru-baru ini pun ketika kembali ditenderkan, peminat Tol Medan-Binjai belum memenuhi syarat sekurang-kurangnya tiga peserta.
Demikian pula rencana pembangunan Tol Medan-Kuala Namu, atau Medan-Tebing Tinggi, menurut Arman masih harus dikaji. Diakuinya, Kuala Namu, kalau benar-benar dijadikan sebagai bandara baru, tentu akan ada pertumbuhan lalu lintas atau traffic generating yang tinggi, sehingga diharapkan trafik Medan - Lubuk Pakam – Kuala Namu menjadi memadai untuk dijadikan sebagai jalan tol.
“Dengan melihat contoh dimana kita menganggap bahwa ruas itu sebetulnya padat, kita bisa bayangkan ruas-ruas yang lain. Beberapa usulan di Sumtera: Palembang-Indralaya, kemudian Kandis-Pekanbaru di Riau, dari sisi traffic-nya secara finansial belum layak memenuhi syarat untuk dijadikan jalan tol," simpul Arman," Jadi, sementara ini yang paling mungkin saya lihat adalah Tebing Tinggi-Kuala Namu. Itu yang menarik, kecuali ada treatmen lain,' kata Arman.
Dimaksudkannya, treatmen lain itu adalah pemerintah mendukung sebagai dana yang dibutuhkan untuk investasi. Sisanya oleh investor. Karena itu, kata Arman, pemerintah dan investor perlu melakukan perhitungan matang kalau memang pembangunan jalan tol di Sumatera ditujukan untuk mengembangkan wilayah lebih cepat.
“Tentu. masih banyak yang harus kita kaji lebih dalam. Sementara ini paling ruas Medan-Binjai, dan Medan-Kuala Namu yang bisa mendekati layak secara financial,” tegas Arman.

Biodata
Nama                        :     Ir, Arman Dahlius Panjaitan, MBA
Lahir                          :     Marihat Huta Pisang, Pematang Siantar 25 Juli 1952
Jabatan                     :     Direktur Utama PT Pemalang-Batang Toll Road
Agama                       :     Kristen Protestan            
Gereja                       :     HKBP Sutoyo, Jakarta Timur
Istri                            :     Nurmaida br. Siringo-ringo
Anak                          :     Dua laki-laki dan dua perempuan masing-masing Jugi, Juda, Juanita, dan Yudianti
Cucu                          :     1 orang, putri cilik boru Napitupulu
Orangtua                   :     Ayahanda Abdul Jalil Panjaitan, Ibunda Sarida br Pardede
Saudara Kandung     :     Anak Kedua dari 10 bersaudara

Pendidikan:
-       SMA Kampus Pematang Siantar, tamat 1970
-       Universitas Pajajaran, 1971
-       ITB Bandung, tamat tahun 1977

Pengalaman Kerja:
-       Pegawai negeri Sipil (PNS) di Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, 1978,
-       Menangani Pembangunan Proyek JalanTol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi), 1978 sampai 1980.
-       Menangani Pembangunau Proyek Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera), 1980-1991.
-       Menangani Pembangunan Jalan Tol Surabaya-GempoI-Mojokerto, Jawa Timur, 1991-Januari 1996.
-       Menangani Jalan Tol Jakarta-Cikampek antara Januari 1996 sampai 2001.
-       Menangani Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, Ruas Tol Cawang-Tomang-Cengkareng Januari-Juni 2001.
-       Direktur SDM PT Jasa Marga, Juni 2001-2006.
-       Project Director Jalan Tol Cipularang antara April 2004-April 2005.
-       Staff Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Departemen Pekerjaan Umum, sejak 2006.

Kegiatan Lain:
-       Anggota Badan Usaha HKBP, 2004-2008
-       Ketua Umum Ikatan Alumni SMA Kampus Nommensen, Pematang Siantar
-       Wakil Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) periode 2004-2009
-       Pengurus Pusat Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
-       Penatua Gereja di HKBP Sutoyo, Jakarta Timur

Penghargaan:
-          Menerima penghargaan atau Award dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
-          Menerima penghargaan atau Award dari Conference of ASEAN Federation of Engineering Organization (CAFEO)

Alamat Kantor:
Gedung Graha Irama lantai 14,
Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan